Beranda | Artikel
Adab Kepada Orang Tua, Kerabat Terdekat dan Tetangga
Senin, 24 Juni 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Adab Kepada Orang Tua, Kerabat Terdekat dan Tetangga adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 22 Ramadhan 1440 H / 27 Mei 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Pengertian Adab dan Beradab dengan Adab-Adab Islam

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Adab Kepada Orang Tua, Kerabat Terdekat dan Tetangga

Fadhilatusy Syaikh mengatakan bahwa kita masih berada di pembahasan tentang pelajaran yang ke-16 tentang adab-adab Islam. Penulis Rahimahullah berkata yaitu adab bersama kedua orang tua kita.

Adab kepada orang tua

Kedua orang tua adalah manusia yang paling berhak dengan adab terbaik yang kita miliki sebagaimana dalam hadits dimana ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي ؟ قَالَ : أُمُّكَ قَالَ : ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ : ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ : ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : ثُمَّ أَبُوكَ

“Siapakah manusia yang paling berhak dengan muamalah terbaikku?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia kembali bertanya, “Terus siapa lagi?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia kembali bertanya, “Terus siapa lagi?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia kembali bertanya, “Terus siapa lagi?”. Beliau menjawab, “Ayahmu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Didalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بَرَّ أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ

“Berbaktilah kepada ibumu, berbaktilah kepada ayahmu, berbaktilah kepada saudaramu, kemudian yang paling dekat dengan dirimu.” (HR. Al-Hakim)

Maka kedua orang tua kita adalah manusia yang paling berhak dengan adab-adab terbaik dan muamalah terbaik yang kita miliki. Oleh karenanya Al-Imam Al Bukhari Rahimahullahu Ta’ala di dalam kitab Al-Adabul Mufrad beliau membawakan bab yang pertama kali dalam kitab tersebut adalah tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Seolah-olah beliau mengisyaratkan bahwasanya kedua orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan adab dan mendapatkan kebaikan-kebaikan kita.

Dan cukup sebagai dalil akan ketinggian hak kedua orang tua kita atas diri-diri kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan antara hak kedua orang tua kita dengan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam banyak nash Al-Qur’anul Karim. Diantaranya adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ﴿٢٣﴾ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ﴿٢٤﴾

Dan Rabbmu telah mewajibkan agar engkau beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah mewajibkan agar engkau berbuat baik kepada kedua orang tuamu dan kalau seandainya salah satu diantara keduanya sampai pada usia lanjut, maka jangan kau katakan kalimat “Ah” dan jangan engkau bentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya dengan ucapan yang lembut. Dan rendahkan dirimu kepada kedua orang tuamu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan dan mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah merahmati keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi diriku diwaktu kecil.” (QS. Al-Isra`[17]: 23:24)

Maknanya kata Syaikh, bahwa berbuat baiklah kepada kedua orang tua kalian dengan berbagai macam perbuatan kebaikan yang bisa kalian lakukan. Mungkin dengan ucapan atau dengan perbuatan. Karena kedua orang tua kita merupakan sebab adanya kita di dunia ini. Dan keduanya telah mengerahkan apa yang mereka miliki untuk mendidik kita. Mereka telah mengeluarkan semua yang mereka miliki demi kebaikan kita semuanya.

Adab kepada kerabat-kerabat terdekat

Dan perkataan penulis Rahimahullahu Ta’ala “dan kerabat-kerabat terdekat darimu.” Jadi berbuat baiklah kepada mereka, kepada kerabat-kerabat yang kau miliki. Sebagaimana dalam hadits yang kita sebutkan di atas:

ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ

“berbuat baiklah kepada orang-orang terdekat di antara kamu.”

Maka seyogyanya seorang Muslim bersungguh-sungguh untuk bermuamalah bersama kerabatnya, bersama orang-orang terdekatnya dengan adab-adab yang mulia, memperhatikan hak-hak mereka, menyambung tali silaturahim di antara mereka, berbuat kebaikan kepada mereka, serta menjauhi segala hal yang tidak mereka inginkan.

Adab kepada tetangga

Maka diantara adab-adab syariat Islam yang sangat tinggi adalah adab terhadap tetangga, memperhatikan hak-hak tetangga, menjauhi perkara yang bisa menyakiti tetangga kita, bersungguh-sungguh untuk memberikan kebaikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka semuanya, baik berbuat baik dengan ucapan kita, berbuat baik dalam perbuatan kita.

Sesungguhnya wasiat untuk berbuat baik kepada tetangga adalah wasiat yang sangat besar didalam syariat Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَازَالَ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

“Senantiasa malaikat Jibril memerintahkan aku untuk berbuat baik kepada tetangga-tetanggaku, sampai-sampai aku mengira bahwasannya tetangga berhak mendapatkan warisanku.” (HR. Bukhari)

Adab terhadap orang yang lebih tua dan lebih muda

Diantara adab Islam adalah adab terhadap orang-orang yang lebih tua dari kita dan adab terhadap orang-orang yang lebih muda dari kita. Semuanya sesuai dengan usia mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا ، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا

“Bukan termasuk golongan kami seseorang yang tidak menghormati orang yang lebih tua darinya dan tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya.” (HR. Ahmad)

Hak orang yang lebih tua adalah kita bermuamalah bersama mereka dengan memuliakan mereka, dengan menghormati mereka. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ

“Diantara bentuk seorang hamba mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala dirinya memuliakan dan menghormati orang-orang tua dari kalangan kaum Muslimin.” (HR. Abu Dawud)

Adapun anak kecil yang lebih muda dari kita usianya, maka kita bermuamalah bersama mereka dengan sifat rahmat dan kasih sayang.

مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Siapa yang tidak menyayangi orang lain maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari)

Sebagaimana juga dalam hadits yang shahih didalam Ash Shahihain bahwasannya salah seorang Sahabat yang bernama Aqra’ bin Habis Radhiyallahu ‘Anhu, beliau duduk bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘Anhuma. Tatkala Aqra’ bin Habis melihat Nabi mencium cucu beliau, Aqra’ berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki 10 anak dan aku tidak pernah mencium satupun diantara anak-anak saya Ya Rasulullah.” Maka Nabi melihat kepada Aqra’ bin Habis dan Nabi mengatakan

مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Siapa yang tidak menyayangi orang lain maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari)

Dan datang dari Ash-Shahihain juga bahwasannya ada seorang Arab badui yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka dia berkata kepada Rasulullah:

تُقبِّلون الصِّبيان؟ فما نُقبِّلهم

“Ya Rasulallah, apakah engkau mencium anak-anak kecil? Adapun kita tidak pernah mencium anak kecil Ya Rasulullah.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ ؟

“Wahai Fulan, apakah engkau ingin kalau seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut sifat rahmat dan kasih sayang dari dalam dadamu?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memberikan ucapan selama atas kelahiran anak

Diantara adab di dalam Islam adalah memberikan ucapan selamat atas kelahiran anak seorang Muslim dengan mendo’akan untuk kedua orang tuanya agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan buah hatinya sebagai penunjuk pandangan kedua orang tuanya. Kita do’akan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan semua anak tersebut sebagai seorang imam diantara para pemberi petunjuk diatas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita do’akan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sang anak sebagai pembuka kunci keberkahan atas keluarga tersebut dan atas umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dari Hammad bin Zaid beliau berkata bahwa tatkala Ayyub memberikan ucapan selamat kepada seseorang atas kelahiran anaknya, maka Ayyub berkata:

جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan anakmu sebagai kunci keberkahan atas dirimu dan atas umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Do’a tersebut adalah do’a yang sangat agung, do’a yang sangat besar. Yang mana sangat layak untuk kita baca tatkala kita memberikan ucapan selamat atas kelahiran anak seorang Muslim. Daripada kita mencari pengganti do’a yang lain dengan cara kita takalluf (memberat-beratkan diri kita), mencari kalimat-kalimat yang lain selain dari kalimat tersebut yang terkadang ungkapannya salah.

Dari Asy-Syariyy bin Yahya: bahwasannya ada seorang laki-laki yang senantiasa duduk bersama Al-Hasan. Maka dia mendapatkan seorang anak. Seorang laki-laki datang untuk memberikan ucapan selamat kepada orang tersebut. Dia mengatakan:

ليهنك الفارس

“Selamat, semoga anakmu kelak menjadi seorang penunggang kuda yang hebat.”

Maka Al-Hasan berkata, “Dari mana engkau tahu bahwasanya dia kelak akan menjadi penunggang kuda yang hebat? Bisa jadi dia nanti kalau sudah besar menjadi seorang tukang kayu, atau kalau dia sudah besar menjadi seorang penjahit.” Laki-laki itu bertanya kepada Hasan, “Lalu bagaimana yang seharusnya saya ucapkan wahai Hasan?” Al-Hasan mengatakan:

جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan anakmu sebagai kunci keberkahan atas dirimu dan atas umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Thabrani)

Memberikan ucapan keberkahan atas pernikahan seorang Muslim dan Muslimah

Hal ini sebagaimana datang dalam sebuah hadits, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka tatkala kita mendo’akan kepada dua mempelai atau dua pengantin, maka kita do’akan:

بَارَكَ اللّهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيكَ، وَجَمَعَ بَينَكُمَا فِى خَيرٍ

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberkahan untuk dirimu, Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan pernikahan sebagai kunci keberkahan atas dirimu, dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan kalian berdua di atas kebaikan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Memberikan ta’ziah kepada orang yang terkena musibah

Memberikan ta’ziah kepada seseorang yang terkena musibah dengan cara memberikan hiburan, menguatkan seseorang yang terkena musibah dengan kita do’akan kepada orang tersebut, kita ucapkan semua do’a yang Nabi ajarkan:

لِلَّهِ مَا أَخَذَ ، وَلَهُ مَا أَعْطَى ، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

“Sesungguhnya milik Allah apa yang diambil dan bagiNya apa yang diberikan. Segala sesuatu disisiNya ajal yang telah ditentukan. Maka bersabarlah dan berharap pahala dariNya.” (HR. Bukhari)

Ini diantara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala kita berta’ziah kepada orang yang terkena musibah. Atau do’a-do’a yang lain, atau lafadz-lafadz yang lain baik lafadz yang datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau ucapan belasungkawa yang lain yang biasa kita ucapkan yang kiranya bisa menghibur orang yang sedang berduka dengan mewaspadai jangan sampai tatkala kita mengucapkan bela sungkawa tersebut, maka disana mengandung ucapan-ucapan yang menyelisihi syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menit ke-24:04

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Adab Kepada Orang Tua, Kerabat Terdekat dan Tetangga


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47255-adab-kepada-orang-tua-kerabat-terdekat-dan-tetangga/